Tangisan Bayi Lahir Rebo Wekasan Cabut Kutukan Dimalam Purnama

0
Istimewa.


MISTERI,BangNoer.My.Id - Hiruk pikuk sebuah desa yang berada di kawasan Gunung Tengger kian sejuk dan makmur masyarakatnya. Kala itu didesa ini dipimpin oleh seorang demang bernama Ngarsono. Dimata masyarakat pria ini dikenal sosok yang baik dan ramah dan bermasyarakat.


Pria ini menikah dengan seorang gadis desa bernama Menik Gondo Kusumo, putri dari seorang petani biasa. Pasangan ini hidup sangat harmonis dan bahagia. Selang dua bulan pernikahannya, Menik akhirnya hamil. Kehamilanyapun membuat keluarga besar Ngarsono berbahagia.


Keluarga inipun setiap harinya dihiasi canda tawa kebahagian, hingga suatu ketika berubah jadi prahara darah pasca kelahiran sang jabang bayi.


Pasalnya sang buah hati lahir tepat pada hari Rabu terakhir di bulan Safar, atau oleh masyarakat jawa sering disebut Rabu Wekasan. Oleh sebagian masyarakat hari tersebut dipercaya membawa sial.


Rebo dalam bahasa Jawa adalah hari Rabu, sedangkan Wekasan adalah pungkasan atau terakhir. Sementara itu, bulan Safar merupakan bulan kedua dalam penanggalan tahun hijriyah Islam.


Dalam masyarakat jahiliyah kuno, termasuk bangsa Arab, menganggap bahwa bulan Safar adalah bulan Tasa’um atau kesialan. Sampai saat ini, masih ada sebagian umat muslim yang meyakini anggapan tersebut, khususnya masyarakat Jawa. 


Untuk menghindari kesialan di hari ini, biasanya sebagian masyarakat melakukan beberapa ritual.


Rebo Wekasan adalah salah satu tradisi budaya di Indonesia yang sampai saat ini masih lestari. 


Rebo Wekasan sendiri memiliki arti Rabu terakhir, yang merupakan sebuah prosesi ritual yang dilaksanakan setiap tahun pada malam Rabu di Bulan Sapar dalam penanggalan hijriyah. 


Tradisi ini adalah ritual upacara doa memanjatkan keselamatan kepada Tuhan Yang Maha Kuasa.


Pasangan inipun kebingungan dan mencari cara agar anak mereka tidak tertimpa sial.


Akhirnya Ngarsono dan Menikpun mendatangi petapa di Gunung Cermai bernama Abah Simang.


Kepada Abah mereka bermaksud ingin meruwat anaknya agar tidak sial. Tanpa menunggu lama, Abah Simangpun langsung semedi menerawang.


Sontak abah terpental dan mengatakan jika anakmu ini dalam bahaya. Dan hanya ada satu cara yakni harus dimandikan dengan darah 7 babi hutan setiap tujuh tahun sekali untuk melepas kutukan.


Dan tak hanya itu, kamu juga harus mencari orang hamil untuk di ambil ari arinya lalu dibakar setiap bulan purnama selama 33 bulan purnama.


Mendengar ucapan itu, Ngarsono dan Menikpun kaget. Merekapun bertanya jika itu tidak terpenuhi apa yang akan terjadi.


Abahpun menjawab, jika itu tidak dilakukan maka kesialan akan datang dan anakmu akan di ambil oleh lelembut.


Sontak Ngarsono dan Menikpun terdiam. Melihat itu, Abah dengan lantang berteriak cepat laksanakan. Waktu kamu tinggal lima hari menjelang purnama.


Mendengar perintah itu, keduanya langsung  bergegas pulang. Ngarsonopun lansung memerintahkan warganya untuk mencari babi hutan.


Yang menjadi kebingunan mereka mencari orang hamil untuk diambil ari arinya.


Karena saking sayangnya  kepada sang anak, keduanyapun keliling desa mencari orang hamil.


Setelah berkeliling akhirnya mereka dapat seorang hamil yang dipasung di gubuk yang berada didekat makam tua.


Melihat itu, keduanyapun pulang hingga menunggu malam tiba.  Saat tiba tengah malam, mereka diam diam menculik wanita hamil itu dan dibawa kerumah mereka.


Hingga malam purnamapun tiba. Sang wanita malangpun diseret ketengah lapangan untuk dimulainya ritual sebagaimana perintah Abah.


Saat persiapan prosesi ritual, terdengar suara gogongan srigala diiringi angin membuat suasana mencekam.


Tak hanya itu, jagat lelembutpun seakan dibangkitkan.

Bersambung.......


Cerita ini hanya hiburan semata

Posting Komentar

0Komentar

Please Select Embedded Mode To show the Comment System.*